Pemerintah AS telah menyetujui penggunaan stimulator untuk otak pertama yang aman untuk menyembuhkan depresi. Alat ini menghasilkan semacam listrik bertegangan rendah untuk menstimulasi sel-sel otak.
Alat bernama transcranial magnetic stimulation (TMS) ini kendati aman, namun bukan untuk sembarang orang. Badan POM AS (FDA) hanya menyetujui penggunaannya di NeuroStar yang pusat terapi syaraf milik Neurotics Inc. Di tempat ini, pasien yang gagal disembuhkan dengan anti-depresan sebelumnya mendapat perawatan tahap lanjut.
"Kami membuka era baru dalam dunia pengobatan," kata dr Mark George dari Fakultas Medis South Carolina di Charleston. Ia termasuk pelopor penggunaan TMS untuk mengobati depresi.
FDA telah membuat peraturan yang tegas mengenai penggunaan TMS ini. Mereka hanya membolehkan penggunaannya pada pasien yang terbukti membaik kondisinya dengan TMS.
Untuk hasil yang lebih pasti, Institut Kesehatan Nasional AS masih akan melakukan riset dengan 260 pasien yang sedang menjalani terapi TMS. Hasil akan diperoleh awal 2009.
Keuntungan dari penggunaan alat ini benar-benar menjadi sesuatu yang penting. Sebab ongkos terapinya cukup mahal, sekitar US$6.000 hingga US$10.000.
Menurut dr Philip Janicak dari Pusat Medis Rush University di Chicago, tarif tergantung kebutuhan pasien. Biaya ini tergolong sangat mahal untuk metode penyembuhan yang aman.
TMS sebenarnya telah bertahun-tahun sebagai alat riset untuk studi menganai otak. Tenaga magnet 'ditembakkan' ke suatu titik di kepala dan mengendalikan kinerjanya. Alat ini bisa membuat subyek menggerakkan tangannya secara mendadak. Secara otomatis, hal ini berarti menstimulasi kerja sel-sel otak.
Alat ini masih dalam penelitian untuk penggunaan pada rehabilitasi stroke dan penyakit otak lainnya. TMS bekerja sebab otak adalah organ yang mempunyai sifat elektrik. "Tak ada yang menduga alat ini bisa bekerja seperti itu," ujar dr George yang mulai menggunakannya pada 1993.
TMS terbukti aman. Pasien yang telah menjalani terapi ini di NeuroStar tidak menderita cacat atau masalah kerusakan otak seperti yang disebabkan oleh shock therapy. Bagian tubuh yang lain juga tak terpengaruh alat ini. Umumnya pasien hanya mengeluhkan sakit kepala setelah terapi.
Sumber : Inilah.com/VM